2dAF99ZKeJ8Lxub1uymw4xEmvaEFesVThu5iQJuA

hubungi Kami

silahkan menhubungi kami di no wa :=6282190157032 email : eko_harwanto@yahoo.fr
2dAF99ZKeJ8Lxub1uymw4xEmvaEFesVThu5iQJuA
Bookmark

Shallu fii rihaalikum / Shalluu fi buyutikum


Anjuran salat di rumah dan penambahan lafaz "Shallu fii rihaalikum" ini sejatinya pernah terjadi di masa Rasulullah Muhammad Saw dan para sahabat. Imam Bukhari, bahkan menyusun bab khusus berjudul "Ar-rukhshah fil mathar wal ‘illah an yushalliya fii rahlihi". Bab tentang keringanan/kebolehan salat di rumah karena hujan atau sebab lainnya.

Dalam hadis yang diriwayatkan Nafi’ disebutkan bahwa Ibnu Umar mengumandangkan azan pada suatu hari yang sangat dingin dan berangin. Kemudian ia berkata, "Salatlah di tempat tinggal kalian."

Ibnu Umar kemudian mengabarkan, "Jika malam sangat dingin dan hujan, Rasulullah Saw memerintahkan seorang muazin untuk mengucapkan; 'Hendaklah kalian salat di tempat tinggal kalian." (HR. Bukhari)

Hadis ini juga diriwayatkan beberapa imam lainnya, seperti Imam Muslim, Ibnu Majah, Abu Daud, Nasa’i, Baihaqi dan lainnya dengan lafaz yang berbeda.

Selain Ibnu Umar, Ibnu Abbas juga pernah melakukan hal sama.

Menghindari kemudaratan

Abdullah bin Al-Haris berkata, "Pada suatu hari ketika jalan penuh dengan air dan lumpur akibat hujan, Ibnu Abbas memerintahkan muazin untuk mengucapkan lafaz 'Shalluu fi rihalikum' sebagai pengganti 'Hayya 'alash shalaah'. Seketika itu, orang-orang pun saling memandang satu sama lain seakan mereka mengingkarinya.

Dalam redaksi lain, Ibnu Abbas mengucapkan lafaz "Shalluu fi buyutikum. Salatlah di rumah kalian."

"Apabila engkau selesai mengucapkan ‘Asyhadu allaa ilaha illallah, asyhadu anna Muhammadan Ar-Rasulullah’, maka janganlah engkau ucapkan ‘Hayya ’alash shalah’. Tetapi ucapkanlah ‘Shalluu fii buyutikum. Salatlah di rumah kalian." (HR. Bukhari)


Melihat jemaah keheranan, Ibnu Abbas berkata, "Seakan kalian mengingkari masalah ini. Sesungguhnya hal yang demikian ini pernah dilakukan oleh orang yang lebih baik dariku, yakni Nabi Saw. Dan sesungguhnya itu merupakan kewajiban (azimah) dan aku enggan untuk mengungkapkannya kepada kalian."

Demikian pula hadis dari jalur Hammad dari 'Ashim dari 'Abdullah bin Al Harits dari Ibnu 'Abbas. Hanya saja ia menambahkan bahwa Ibnu Abbas berkata, "Aku tidak mau untuk membuat kalian berdosa, kalian mendatangi salat sementara lutut kaki kalian penuh dengan lumpur." (HR. Bukhari)

Imam Ibnu Hajar berkata, peristiwa Ibnu Abbas ini terjadi pada hari Jumat. Saat itu putra Abbas bin Abdul Muthallib itu bertugas sebagai khatib.

Kala itu, sebagian jemaah sudah datang ke masjid, sementara separuh lainnya belum. Melihat kondisi itu, Ibnu Abbas menyerukan orang-orang yang belum datang agar lebih baik melaksanakan salat di kediaman masing-masing.

Orang-orang tampak keheranan. Terlebih, ketika Ibnu Abbas memerintahkan agar muazin menambahkan lafaz ke dalam azan. Namun, sepupu Nabi itu bisa meyakinkan bahwa Rasulullah Saw juga pernah memerintahkan hal demikian.

Imam Ibnu Hajar menyatakan boleh salat di rumah karena adanya halangan tertentu. Hukumnya pun sebatas boleh, bukan sunah. Kalaupun ada yang tak keberatan shalat di masjid maka tak mengapa, tidak makruh.

Di masa Nabi, lantai masjid masih berupa tanah. Ketika hujan deras turun, tanah menjadi becek dan berlumpur. Oleh sebab itulah, lahir ketentuan rukhsah dibolehkannya salat di rumah.

Kemurahan itu menjadi lebih kuat jika terdapat kesulitan akses jalan menuju masjid. Apabila dipaksakan, sangat memungkinkan membuat pakaian jemaah menjadi kotor dan basah.

Dalam pembahasan ini, Imam Ibnu Hajar sengaja menggunakan kata umum "illah (sebab)" kebolehan salat di rumah. Karena penyebab rukhshah bisa berbeda-beda, bukan cuma sebab hujan.

Begitu pula dengan keadaan yang dialami masyarakat saat ini. Untuk meminimalisir penyebaran virus korona, misalnya, dianjurkan untuk menghindari keramaian. Termasuk salat berjamaah di masjid jika memang dikhawatirkan berpotensi menularkan virus karena jumlah jemaah yang banyak.

Sebagai gantinya, salat tetap bisa dilakukan secara berjamaah bersama keluarga di rumah.


 *SISI POSITIF CORONA VIRUS*

Tidak ada didunia ini yang terjadi kebetulan. Semua ada tujuan dan hikmah.

Kira-kira apa hikmah dibalik pandemik Corona virus ini?

1. Corona menutup bar, klub malam, rumah bordil, kasino dan tempat-tempat orang biasa bermaksiat.

2. Corona menurunkan suku bunga bank yang mencekik leher.

3. Membawa keluarga bersama kembali dalam rumah dan melakukan aktivitas rumah bersama.

4. Menghentikan orang memakan hewan mati dan terlarang

5. Memindahkan alokasi anggaran militer menjadi anggaran perawatan kesehatan

6. Negara-negara Arab telah melarang shisha.

8. Corona melemahkan para diktator dunia yang selama ini sombong luar biasa.

9. Corona membungkam kesombongan negara yang mengangap dirinya paling hebat dan tak terkalahkan.

9. Manusia banyak berdoa dan berharap padaNya dan tidak semata-mata mengandalkan sains dan teknologi.

10. Memaksa negara memperhatikan rakyatnya.

11. Memperlihatkan betapa bergunanya wudhu paling tidak lima kali dalam sehari.

12. Mengajarkan manusia bagaimana bersin, menguap dan batuk seperti yang diajarkan oleh Nabi SAW kita lebih dari 1400 tahun yang lalu.

13. Coronavirus sekarang membuat kita tinggal di rumah dan hidup sederhana.

14. Corona mengajarkan bagaimana satu saja tentara Allah, yaitu virus kecil yang berukuran 150 nano bisa mengalahkan 7 milyar manusia yang hidup dibumi yang luasnya ratusan juta hektar.

15. Memberi kesempatan kita untuk melihat bahwa mati itu nyata dan dekat dengan kita.

16. Mengajar kita tidak gampang bersentuhan dengan yang bukan muhrim.

17. Mengajar kita tidak jajan dan makan sembarangan diluar.

18. Membangunkan kita pada kenyataan dan memberi kita kesempatan untuk meminta pengampunan dan bantuan-Nya.

19. Semua yang kita miliki adalah milik Allah dan Allah bisa ambil kapan saja.

20. Dan banyak lagi hikmah...


Percayalah, Allah menurunkan sesuatu dengan hikmah. Ada pelajaran besar dalam hal ini bagi mereka yang bijaksana dan arif untuk melihat.

*AMIIIIINN*
Posting Komentar

Posting Komentar